![]() |
| ruwatan desa di Desa Kebakalan, Kecamatan Porong |
Salah satu dalang yang tampil, Ki Tanoyo asal Karang Bangkal, Gempol, Pasuruan, menyampaikan rasa harunya bisa kembali pentas menghibur di tengah masyarakat.
Menurut tokoh seniman Sidoarjo, Hadi Sutrisno, di tengah pesatnya gempuran teknologi digital saat ini, tradisi wayang kulit memang perlu dilestarikan. Lewat agenda agenda ruwatan, bisa menjadi salah satu jalan untuk menampilkan pagelaran tradisional, termasuk wayang kulit.
“Dalam kondisi sekarang, pertunjukan seperti ini sudah makin jarang. Tapi di Kebakalan, kami melihat seniman masih diberi ruang untuk berkarya. Ini sangat berarti bagi para seniman,” ungkapnya.
Ia menilai, bahwa apresiasi dari warga yang hadir hingga larut malam menjadi penyemangat tersendiri. “Penontonnya ramai, mulai anak-anak sampai orang tua. Artinya, kesenian ini masih punya tempat di hati masyarakat,” imbuhnya.
Kepala Desa Kebakalan, Hj Sariyaningsih, juga menegaskan pentingnya peran seniman dalam menjaga ruh tradisi. “Kami tidak ingin ruwatan hanya jadi simbol, akan tetapi kehadiran para seniman membuat tradisi ini hidup dan bermakna,” katanya.
Selain dalang dan pengrawit, sejumlah perajin gamelan dan pelaku seni rias juga turut dilibatkan dalam acara ini. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa tradisi ruwatan tidak hanya soal ritual, tapi juga soal keberlangsungan ekosistem seni budaya lokal.

